
Balikpapan Bagus – Salah satu pujangga termasyur yang dimiliki nusantara, Raden Ngabehi Ronggo Warsito, wafat 24 Desember. Tepat hari ini 147 tahun silam. Salah satu karya terbesarnya ialah Serat Kalatidha.
Ronggo Warsito merupakan salah satu pujangga dari Kasunanan Surakarta. Ia pujangga besar terakhir di pulau Jawa. Ronggo Warsito lahir pada 14 Maret 1802 dengan nama Bagoes Boerhan.
Ia merupakan cucu dari Yasadipura II, pujangga utama kerajaan Kasunanan Surakarta. Ronggo Warsito diangkat menjadi pujangga Kasunanan setelah kematian ayahnya oleh Belanda.
Tulisannya banyak membangkitkan semangat perlawanan pribumi kepada Belanda. Ia meninggal pada 24 Desember 1873 dengan penyebab kematian yang masih misterius hingga kini.
Selain Serat Kalatidha, Ronggo Warsito banyak menghasilkan tulisan diantaranya:
Bambang Dwihastha: Cariyos Ringgit, Purwa Bausastra Kawi atau Kamus Kawi–Jawa, yang ditulis dengan C.F. Winter sr., Sajarah Pandhawa lan Korawa: Miturut Mahabharata, yang ditulis dengan C.F. Winter sr.
Sapta Dharma, Serat Aji Pamasa, Serat Candrarini, Serat Cemporet, Serat Jaka Lodang, Serat Jayengbaya, Serat Kalatidha, Serat Panitisastra, Serat Pandji Jayeng Tilam, Serat Paramasastra, Serat Paramayoga, Serat Pawarsakan, Serat Pustaka Raja, Suluk Saloka Jiwa, Serat Wedaraga, Serat Witaradya,Sri Kresna Barata, Wirid Hidayat Jati, Wirid Ma’lumat Jati, Serat Sabda Jati.
Serat Kalatidha
Kalatidha terdiri dari kata Kala dan Tidha yang berarti Zaman Edan. Serat ini terdiri dari 3 bagian (bait 1 – 6, bait 7 dan bait 8 – 12). Bait ke 7 merupakan bait yang paling terkenal. Bagian pertama mengenai manusia tanpa prinsip, bagian kedua mengenai tekad dan intropeksi diri dan bagian terakhir mengenai penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah.
Berikut adalah isi dari ke 12 bait tersebut:
Bait 1
Mangkya darajating praja, kawuryan wus sunya-ruri
rurah pangrehing ukara, karana tanpa palupi
Ponang parameng kawi, kawileting tyas malatkung
kongas kasudranira, tidhem tandhaning dumadi
Hardayengrat dening karoban rubeda
Artinya :
Sekarang derajat negara, Terlihat telah suram
Pelaksanaan undang-undang sudah rusak, Karena tanpa teladan
Kini sang pujangga, Hatinya diliputi rasa sedih prihatin
Tampak jelas kehina-dinanya, Amat suram tanda-tanda kehidupan
Akibat kesukaran duniawi, Bertubi-tubi kebanjiran, bencana
Bait 2
Ratune ratu utama, Patihe patih linuwih
Pra nayaka tyas raharja, Panekara becik-becik
Parandene tan dadi, Paliyasing kalabendu
Malah sangkin andadra, Rubeda kang ngreribedi
Beda-beda hardane wong sanagara
Artinya :
Raja yg tengah berkuasa adalah raja utama, Perdana menteripun seorang yg terpilih
Para menteri juga bercita-cita menyejahterakan rakyat, Pegawai aparatnyapun baik-baik
Meski demikian tidak menjadi penolak, Atas zaman terkutuk ini
Malahan keadaan semakin menjadi-jadi, Berbagai rintangan yang mengganggu
Berbeda-beda perbuatan angkara orang seluruh negara
Bait 3
Katatangi tangisira, Sira sang parameng kawi
Kawileting tyas duhtita, Kataman ing reh wirangi
Dening upaya sandi, Sumaruna anarawang
Panglipur manuhara, Met pamrih melik pakolih
Temah su-ha ing karsa tanpa weweka,
Artinya:
Daripada menangis sedih, Bangkitlah wahai sang pujangga
Meski diliputi penuh duka cita, Mendapatkan rasa malu
Atas berbagai fitnah orang, Mereka yang mendekatimu
Bergaul menghibur hatimu, Padahal bermaksud memperoleh keuntungan
Sehingga merusak cita-cita luhur, Krn tanpa kehati-hatianmu
Bait 4
Dhasar karoban pawarta, Babaratan ujar lamis
Pinudya dadya pangarsa, Wekasan malah kawuri
Yen pinikir sayekti, Pedah apa aneng ngayun
Adhedher kaluputan, Siniraman banyu lali
Lamun tuwuh dadi kekembang beka
Artinya:
Dasarnya terpetik berbagai berita, Kabar angin yg berujar munafik
Sang pujangga hendak diangkat menjadi pemuka, Akhirnya malahan berada di belakang
Apabila dipikir-pikir dgn benar, Berfaedah apa berada dimuka
Menanam benih-benih kesalahan, Disirami oleh air kelupaan
Apabila tumbuh berkembang menjadi kesukaran
Bait 5
Ujaring Panitisastra, Awawarah asung peling
Ing jaman keneng musibat, Wong ambek jatmika kontit
Mangkono yen niteni, Pedah apa amituhu
Pawarta lalawora, Mundak angroronta ati
Angur baya ngiketa cariteng kuna,
Artinya:
Menurut buku Panitisastra, Memberi ajaran dan peringatan
Di dalam zaman yang penuh bencana, Bahwa orang berjiwa bijak justru kalah berada di belakang
Demikian apabila mau memperhatikan tanda-tanda zaman, Apakah gunanya kita percaya
Pada berita-berita kosong, Justru terasa semakin menyakitkan hati
Lebih baik menulis cerita-cerita kuno,
Bait 6
Keni kinarya darsana, Palimbang ala lan becik
Sayekti akeh kewala, Lalakon kang dadi tamsil
Masalahing ngaurip, Wahanira tinemu
Temahan anarima, Mupus papasthening takdir
Puluh-puluh anglakoni kaelokan
Artinya:
Hal itu dapat digunakan sebagai teladan, Untuk membandingkan hal buruk dan baik
Tentunya banyak juga, Kelakuan-kelakuan yang menjadi contoh
Tentang masalah-masalah hidup, Hingga akhirnya ditemukannya keadaan tawakal atau menerima
Menyadari akan ketentuan takdir Tuhan, Bagaimana pula hal ini mengalami keanehan
Bait 7
Amenangi jaman edan, Ewuh aya ing pambudi
Melu edan ora tahan, Yen tan milu nglakoni
Boya kaduman melik, Kaliren wakasanipun
Dlilalah kersa Allah, Begja-begjaning kang lali
Luwih begja kang eling lan waspada
Artinya :
Menghadapi zaman edan, Keadaan menjadi serba sulit
Turut serta edan tidak tahan, Apabila tidak turut serta melakukan
Tidak mendapat bagian, Akhirnya menderita kelaparan
Sudah menjadi kehendak Allah, Betapapun bahagianya orang yang lupa
Lebih berbahagia mereka yg sadar dan waspada
Bait 8
Samono iku babasan, Padu paduning kapengin
Enggih makoten Man Doplang, Bener ingkang ngarani
Nanging sajroning batin, Sejatine nyamut-nyamut
Wis tuwa arep apa, Muhung mahasing ngasepi
Supayantuk parimamaning Hyang Suksma
Artinya:
Demikianlah perumpaannya, Padahal mereka menginginkan
Bukankah demikian paman Doplang, Benar juga yang menyangkanya
Namun didalam batin, Sesungguhnya hal itu masih jauh
Sudah tua mau apa lagi, Sebaiknya menjauhkan diri dari keramaian duniawi
Supaya mendapatkan anugerah kasih Tuhan Yang Maha Esa
Bait 9
Beda lan kang wus santosa, Kinarilan ing Hyang Widhi
Satiba malanganeya, Tan susah ngupaya kasil
Saking mangunah prapti, Pangeran paring pitulung
Marga samaning titah, Rupa sabarang pikolih
Parandene masih taberi ikhtiyar
Artinya:
Berbeda bagi mereka yang telah teguh sentosa
Jiwanya dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa
Betapapun tingkah laku perbuatannya
Tidak susah untuk mendapatkan penghasilan
Oleh karena dari datangnya pertolongan Tuhan
Tuhan senantiasa memberikan petunjuk pertolongan
Berupa segala sesuatu yang bermanfaat
Meskipun demikian dia masih tetap tekun rajin berusaha
Bait 10
Sakadare linakonan, Mung tumindak mara ati
Angger tan dadi prakara, Karana wirayat muni
Ikhtiyar iku yekti, Pamilihe reh rahayu
Sinambi budi daya, Kanthi awas lawan eling
Kang kaesthi antuka parmaning Suksma
Artinya :
Sekedar menjalani hidup, Hanya semata bertindak mengenakkan hati
Asalkan tidak menjadi suatu masalah, Dengan memperhatikan petuah orang tua
Bahwa ikhtiar itu sesungguhnya, Memilih jalan agar selamat
Sambil terus berusaha, Disertai dengan awas dan sadar
Yang bertujuan agar mendapatkan kasih anugerah Tuhan
Bait 11
Ya Allah Ya Rasulullah, Kang sipat murah lan asih
Mugi-mugi aparinga, Pitulung ingkang martani
Ing alam awal akhir, Dumunung ing gesang ulun
Mangkya sampun awredha, Ing wekasan kadi pundi
Mila mugi wontena pitulung Tuwan
Artinya:
Ya Allah Ya Rasulullah yang pemurah dan pengasih, Semoga berkenan melimpahkan
Pertolongan yang menyelamatkan, Di dunia hingga di akhirat
Tempat hidup hamba, Padahal sekarang hamba sudah tua
Pada akhirnya nanti bagaimana terserah, Maka semoga ada pertolongan Tuhan
Bait 12
Sageda sabar santosa, Mati sajroning ngaurip kalis
Ing reh huru-hara, Murka angkara sumingkir
Tarlen meleng melatsih, Sanityaseng tyas mamatuh
Badharing sapudhendha, Antuk wajar sawatawis
Borong angga suwarga mesi martaya
Artinya:
Semoga dapat sabar sentosa, Laksana mati di dalam hidup
Terbebas dari segala kerusuhan, Angkara murka tamak loba menyingkir semua
Tiada lain karena berkonsentrasi demi memohon kasih Tuhan
Senantiasa melatih hatinya patuh, Agar dapat mengurungkan kutukan
Sehingga mendapat sinar terang sekedarnya
Berserah diri agar dapat masuk surga yang berisi Keabadian
Demikianlah isi dari 12 bait Serat Kalatidha karya Raden Ngabehi Ronggo Warsito. Serat ini sangat populer khususnya pada generasi tua Jawa dimana serat ini masih sering didendangkan dalam bentuk macopatan.
Sumber: -https://en.m.wikipedia.org/wiki/Ranggawarsita